Kalau Ibu Rumah Tangga Bosan?


Salah satu tantangan menjadi seorang Ibu Rumah Tangga adalah menghadapi rasa bosan, jenuh, suntuk menghadapi persoalan yang sebenarnya itu-itu saja. Persoalan yang sebenanrya tidak banyak berbeda tiap harinya; biasanya akan berkutat dengan dirinya, anaknya, suaminya. Ya, itu. Termasuk di dalamnya adalah aneka perkakas yang harus diberesinya, baju yang harus dicucinya, masakan yang harus dibuatnya, dan segala rupa lain yang sebenarnya ya itu-itu saja; tidak banyak yang berbeda. Tidak banyak yang aneh-aneh.

Mungkin itu juga yang membuat gampang bosan. Tidak ada tantangan, katanya. Padahal, mengatasi rasa bosan itu sendiri merupakan sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Penting sih, karena kalau kita sudah jenuh, otomatis segala hal di rumah rasanya tidak terlalu menarik untuk dibersamai dan diselesaikan. Tugas jadi terbengkalai, anak jadi tidak terurus, rumah berantakan. Ah, kacau lah semuanya.

Namun, PR untuk mencari solusi menghilangkan perasaan ini yang sampai saat ini belum bisa saya dapatkan “pas”nya. Ya, kadang dengan satu cara, berhasil. Tapi di waktu lain, cara tersebut menjadi tidak lagi berguna. Misalnya dengan belanja, sejenak melepas penat dengan pergi sendirian naik motor ke indomart terdekat. Ya, sekedar menelusuri rak-rak makanan dari ujung ke ujung, lalu mencomot mana yang diinginkan; biasanya saya akan paling lama di rak minuman, ya memilih kopi mana yang ingin kuteguk, untuk melepas penat.

Dan ya, biasanya dengan melakukan hal itu, manjur. Tapi di waktu lain, tidak sama sekali. Sampai rumah, puyeng lagi. Entah kenapa seperti itu.

Cara lain biasanya saya mencari tempat menyendiri, bersama segelas kopi sachet, dan beberapa potong kue sisaan kemarinan. Sendiri saja, entah melakukan apa : apakah menyaksikan satu dua video youtube, atau mendengar satu dua episod podcast, atau diam saja sembari membaca modul kuliah yang begitu banyaknya. Hehe.. Emang manjur? Ya, apalagi saat video/podcast yang kebetulan didengar itu relate dengan kondisi saya pada waktu itu. Cukup bermakna sih. Tapi, ya, itu salah satu cara saja.

Hal lain yang biasanya cukup manjur adalah dengan bersih-bersih rumah. Hehe.. Saya bukan termasuk orang yang pandai beres2 rumah. Tapi, kalau pas suntuk, biasanya pemicunya adalah mainan berserakan, baju terdampar tak karuan, cucian piring numpuk di belakang, dan lauk yang nihil alias belum sempat dibikin. Hehe. So, bersih-bersih rumah, buang-buangin sampah, memilah-milah mana barang yang sudah tidak terpakai. Ya, itu cukup membantu juga. Mungkin, dengan gerakan, bisa membuat perasaan negatif sedikit berkurang. Ya, setidaknya, energi negatifnya tersalurkan ke hal yang positif. Lumayan kan, setelah beres-beres, hati agak plong. Dan siap untuk drama berikutnya #lho.

Apa lagi ya? Oh ya, sering juga cara menghilangkan kebosanan adalah dengan ngobrol dengan seseorang. Siapapun. Yang kita nyaman tentunya. Entah kitanya yang curhat, atau dengan menyimak curhatan orang lain. Kalau kita curhat, itu semacam mengeluarkan uneg-uneg kan, trus kan wanita harus ada sekian puluh ribu kata yang diucapkan per hari tu, nah dengan curhat ya bisa tuh pasti menyumbang banyak kata yang keluar. Tapi ya harus diyakinkan bahwa teman yang menerima curhatan kita emang nyaman, dan bisa menerima curhat. Jangan sembarangan curhat ke orang. Hehe yang ada, kita lagi curhat, dia nya ga siap, malah kasih respon negatif ke kita -seperti dicuekin, atau dikasih feed back yang malah menghakimi diri kita- wah hasilnya ya bukannya healing malah makin parah.


EH iya, baca buku juga bisa jadi obat kebosanan lho. Bukunya yang disukai aja. Kalau emang suka buku kartun anak-anak, apa tu anime ya? Ya udah gakpapa. Atau buku yang lebih berbobot misalnya buku pengembangan diri, oke juga, siapa tau bisa memberikan insight yang pas dengan kondisi kita. Atau baca buku yang lebih berat nih, buku agama, shirah. Dan yang paling manjur sih biasanya baca quran. Ya, meskipun satu dua halaman, tapi cukup berpengaruh sih demi menetralkan kembali jiwa yang sedari tadi negatif aja bawaannya. Coba deh. Ga usah ditarget banyak-banyak sih, 1 halaman pun tak mengapa. Sangat bisa menjadi energi sih. Serius.

Intinya sih sebenarnya kita beralih dari rutinitas, kepada hal lain yang kita sukai. Bagus lagi jika yang kita sukai itu ternyata merupakan sesuatu yang worth, yang bermakna, yang manfaat, gitu. Ya, maksudnya gini lho, tadi di awal kan sudah saya bilang bahwa menjadi ibu rumah tangga itu masalah dan yang dihadapi sehari-harinya ya sebenarnya itu itu aja; dibilang tidak menantang, ya sangat menantang; tapi cenderung ngerasa sesuatu yang terlalu datar-datar aja gitu lho. Jadi bosan, jenuh. Belum lagi kalau harus berhadapan dengan drama anak satu, anak dua, anak tiga; plus drama dengan pak suami; waduh makin kacau tu.

Ya, sebaiknya memang kita punya sekian list aktivitas “cadangan” lah ya, atau istilahnya “me time” untuk membangkitkan kembali energi kita. Ibarat baterai kan perlu diisi, ya jiwa seorang ibu pun ada kalanya melemah. Kalau kata seorang psikiater, kita tu punya will power, semacam baterai gitu. Ketika bangun tidur, biasanya baterai itu akan full, makanya kita semangat mengerjakan banyak hal; masih fresh. Tapi, waktu kan berlalu tu, pagi - siang -sore, makin banyak yang kita hadapi, makin banyak drama yang harus kita selesaikan, lama-lama will power kita ya melemah. Nah ketika will power ini melemah, hati-hati, kita bisa akan menjadi sangat sensitif, menjadi mudah marah, mudah emosi. Ya, bayangin aja, kalau kita perut lapar itu kan lebih sensitif ya, senggol bacok, kan gitu. Ya, begitu juga dengan will power ini. Makanya perlu kembali diisi. Dan kitalah yang sebenarny tau hal-hal apa sih yang kiranya akan memberikan energi tambahan lagi ke baterai jiwa kita.

Gitu, teman-teman, para Ibu… Kita sama-sama berjuang sih. Saya sudah menjadi Ibu Rumah Tangga memang belum lama ya, baru sekitar 5 tahunan. Tapi, ya itu tadi; sampai saat ini ya masih berkutat dengan naik turunnya semangat, mood, rasa bosan yang sering hadir. Apalagi, di tengah pandemi seperti ini; waduh makin makin kita sangat rawan terkena virus kejenuhan. Hehe.. Yang tadinya bisa bebas aja melenggang di indomart kan, eh sekarang mau ke tukang sayur aja mikir sekian puluh kali.

Tapi gak papa, masih banyak cara lain untuk mengurangi rasa bosan kita, termasuk salah satunya saya menuliskan artikel sederhana ini. Hehe.. EH iya, masa seperti ini, daripada bosan kan, semangat-semangatlah belajar hal yang baru. Banyak sekali wadah, fasilitas, tempat online; yang menyediakn paket belajar skill tertentu. Pilih aja satu atau dua skill yang disukai, udah deh, belajar di sana, menghasilkan karya, itu cukup ampuh sih mengurangi kebosanan dan kejenuhan. Tidak perlu berekspektasi bahwa karya kita akan disukai sekian juta orang; tidak perlu. Cukup kita berkarya, untuk diri kita sendiri, atau mungkin sekedar ada 1 orang yang berterima kasih merasa terbantu dengan karya kita; itu sudah sangat cukup memberikan energi berkali lipat pada jiwa kita. Ya, jadi, apapun yang terjadi, belajar, berkarya. Biar ga gitu gitu aja, biar ga bosan. Oke???


Udah ya, itu aja. Hehe bahasa kali ini lebih santai. Karena ceritanya saya-nya lagi curhat. Bosan bu, tapi ya inilah salah satu metode yang saya pilih untuk menghilangkan kebosanan. Self healing. Lumayan, jadi 1 artikel dengan 1000 kata. Cepet lho, nulisnya. Kan curhat. Wkwkwk Wis ya… Ketemu lagi kapan-kapan. 

Comments

Popular posts from this blog

Terlalu Banyak Alasan #Day1

Biasakan Hal ini, Masalah Akan SELESAI!

Alasan Tidak Bahagia