Jatuh Cinta Sebelum Waktunya


Pernah ngga sih kamu terkena Virus Merah Jambu, atau bahkan sampai terlibat hubungan tanpa status, atau merasa bahagia kalau bisa balas-balasan komen di postingan IG atau ngerasa antusias saat ada seorang ikhwan membalas Story IGmu,  atau ada yang sampai saling berkirim hadiah, meskipun sekedar ucapan selamat berjuang atau semacamnya; dan ternyata ada rasa yang berbeda saat menerimanya?

Kita sudah terlanjur jatuh cinta, padahal kita belum dapat lampu hijau untuk menikah. Alasannya beragam : masih kuliah, masih terlalu muda, masih ada kakak yang belum menikah juga, masih belum dapat izin orang tua, atau ada juga akhwat yang merasa tak berhak “bertanya” terlebih dahulu kepada ikhwan “pujaan hatinya” yang tak ada tanda-tanda akan datang melamar.

Ya, tidak bisa disangkal, bagi kamu yang sehari-harinya berinteraksi secara intens dengan lawan jenis, misalnya di perkuliahan, organisasi, pekerjaan, agenda2 sosial, atau mungkin karena memang tetangga kosan, pastinya akan banyak hal yang bisa jadi dilewati bersama.

Nah, ini agak rawan bagi hatimu, kalau tidak segera disadari dan tidak bergegas dihindari.

Jatuh cinta sebelum waktunya! Jatuh cinta? Iya, jatuh cinta. Hm… kira-kira tau kan rasanya jatuh cinta? Ya, dan itu adalah fitrah setiap manusia, cinta kepada Allah, Rasulullah, orang tua, saudara, teman. Termasuk jatuh cinta kepada orang yang belum berhak menerima rasa itu; pada lelaki, teman kuliah, rekan kerjaan, partner organisasi; pada lawan jenis sebelum hubungan sah dengan menikah.

Mungkin, bagi kamu yang berpendapat bahwa pacaran itu boleh-boleh saja, maka perasaan jatuh cinta seperti ini tidak menjadi masalah, dan wajar-wajar saja; bahkan mungkin perlu dilegalkan menjadi sebuah kata “relationship”. Dan mungkin penjelasan berikut ini menjadi kurang relevan.

Tapi, pembahasan kita mungkin akan bermanfaat bagi kamu yang yakin bahwa pacaran itu ga boleh. Sebagaimana Allah melarang untuk kita mendekati zina; kita pun meyakini bahwa pacaran bisa sangat berpotensi mendekatkan kita pada perbuatan zina. Yang pada intinya pacaran itu gak boleh, karena bisa menjadi “sarana” perbuatan dosa zina.

Trus, ketika rasa cinta itu datang, kita harus gimana? kita tidak mungkin lah melegalkannya dengan pacaran. Nah itu dia.. Makanya banyak di antara para wanita/atau mudahnya kita sebut akhawat, menyimpan perasaan2 itu di hatinya. Iya, disimpan, dipelihara. Sampai mungkin ada yang mengalami “Hubungan tanpa status” - ini istilah jaman saya dulu sih- Kita saling tau bahwa kita saling ada rasa tapi tidak pernah saling memberitahu hal itu. Hanya ditunjukkan lewat chat (kalau dulu SMS), komunikasi via IG, komen feed, atau reply story nya. dll.

Apakah kamu seperti itu juga? Ngerasa biasa aja, atau merasa bersalah saat rasa itu datang? Mau dipertahankan, dan dinikmati bunga2 cintanya, atau ingin berusaha menepisnya?

Well. Sebenarnya, apa sih faktor yang membuat seorang wanita jatuh cinta?

Pernah dengar kan, “Witing tresno jalaran soko kulino!” timbul cinta itu karena terbiasa bersama terbiasa bertemu terbiasa berkomunikasi terbiasa bekerja sama.  Apakah itu di kelas, di organisasi, di jalananm bahkan mungkin sesama aktivis lembaga keagamaan. Apalagi di era media sosial, begitu mudah kita bisa mengakses akun lawan jenis Mulai dari ngeliat prestasi dia, aktivitas dia, atau sekedar mau mampir aja stalking foto dia, entah apa. Gampang banget caranya. Dan itu sangat rawan bagi seorang wanita. Harus terus berupaya ditepis, dihilangkan, dienyahkan, dilenyapkan. Hehe.. perlu berdamai, tapi bukan menyerah dengan serangan Virus Merah Jambu sehingga dia bisa bertahan lebih lama di hati. Tapi berdamai dengan kondisi yang ada, menyadarinya, dan mencari solusi untuk meminimalisirnya.


Hm.. tapi emang kenapa sih koq harus menjaga hati banget dari namanya Virus Merah Jambu? Kan katanya fitrah, tapi koq harus banget dihilangkan?

Ya, karena efeknya ga sederhana sih.. Apalagi bagi kamu yang masih harus fokus kepada hal lain, seperti kuliah, kerjaan, orang tua, organisasi, amanah lain, dll. Karena kalau hati sudah terpaut dengan seseorang itu :

1. Kita jadi sering mikiran dia. Mungkin awalnya kagum dengan prestasinya, atau merasa seru untuk kerjasama dengan dia, karena dia orangnya tanggung jawab, dan okelah dalam menyelesaikan proyek2 atau tugas kuliah. Bisa juga karena awalnya merasa kagum dengan agamanya, kesholihannya, hafalan qurannya, ketaatannya, kesopanannya. Bagus sih ya, kan alasannya juga positif.

Tapi kalau sampai berlarut, nanti kita mikir terlalu jauh. “Aku mau kalau nanti punya pendamping kayak dia..”, “Aku masuk kriteria dia ga ya?”.“Gimana kalau nanti kami nikah ya?” bahkan sampai ketemu pun jadi deg2an; padahal ya cuma alasan biasa aja, misal mau ngasih buku titipan temen, atau hal sepele lainnya. Ganggu lah intinya. Apalagi kalau lagi denger film yang baper, kajian yang baper juga; waduh, bahaya berlipat-lipat. Kepikirannya ke si “ikhwan sholih” itu.

Kalau udah sering kepikiran itu.. ya otomatis…

2. Mengganggu fokus kita. Kita kan harus belajar, punya target membaca materi kuliah, ngerjain tugas, ngerjain amanah organisasi, nyelesaiin kerjaan, belum lagi yang harus membantu orang tua, dsb. EH pasti lagi ngerjain semua itu, tiba-tiba bayangan si dia datang. Jadi kepikiran lagi. Jadi iseng lagi stalking medsosnya, mantau lagi ngapain. Trus bertambah-tambah kagum kalau dia upload prestasi2 membanggakan.  

Selain aktivitas keseharian terganggu,….

3. Ibadah kita terganggu. Khususnya yang lagi menghafal nih. Kalau sudah berurusan dengan lawan jenis, biasanya akan sangat terganggu hafalannya. Ga tau kenapa. Misal dia sebelumnya itu bisa 1 halaman dalam 10 menit sudah hafal; eh karena ada bayangan seorang ikhwan, 1 ayat ga hafal-hafal, padahal udah sejam duduk mantengin tuh ayat.

Eh inget ga sih, Imam Syafii yang mengadu kepada gurunya waktu hafalannya terganggu. Itu karena tidak sengaja melihat bagian tubuh wanita, ada yang mengatakan paha, ada yang mengatakan mata kaki. Karena emang tersingkap, ketika wanita itu ingin menaiki kendaraannya. Dan Imam Syafii pun itu langsung memalingkan wajahnya!

Lha kita sekarang? Kalau misalnya kita suka sama seseorang, kita makin mudah stalking medsosnya yang notabene sekarang tidak jarang mudah banget kita mendapat fotonya; trus fotonya kan dari kepala sampai kaki kan.. Gimana ga rusak hafalannya kan? Gawat lah intinyaa!
Kalau kata sahabat saya, Ibarat kita lagi ngecat tembok warna putih, trus tiba-tiba ada adek kita iseng kasih teplokan warna cat lain ga jelas ke tembok itu. Pusing lah kita, udah ngecat capek capek kan. Ya kan bisa dicat lagi; ya, tapi ga semudah itu.. butuh waktu, dan butuh cat lagi . belum nanti pas ngecat ulang, masih harus membereskan sisa sisa warna nya, ga bisa putih bersih lagi kayak sebelumnya.

Udah aktivitas terganggu, ibadah terganggu.. Pokoknya kudu berusaha untuk mengurangi hal2 itu, karena memang efeknya ga main-main. Ke ibadah e. ke hati.  

4. Trus ni, ternyata efeknya bisa berlanjut lho, ke masa-masa pernikahan kita. Lho koq bisa? Nah ini yang cukup krusial juga. Ini kenapa saya tuh sering menekankan ke adek-adek saya untuk jangan jatuh cinta dulu sebelum ada lelaki yang datang. Dalam hal ini untuk menikah ya. Karena, hati kita itu terlalu lemah, sebagai wanita. Memori-memori masa lampau bisa jadi sangat mengganggu kehidupan kita berikutnya. 

Apalagi kalau urusannya cinta. Rasa cinta yang terlanjut tumbuh sebelum kita menikah, apalagi dipelihara dalam jangka waktu yang lama, itu bisa mengganggu tumbuhnya rasa cinta kepada suami kita nanti. Kepada pasangan “yang halal” nanti. Ada kawan tuh yang masih kesulitan menghilangkan rasa yang sempat hadir pada sosok lain sebelumnya; yang bahkan ada yang mengalaminya sampai bertahun-tahun setelah menikah. Kan ya ga enak donk.

Makanya, dijaga benar-benar, agar cinta yang datang kepada suami adalah memang yang benar-benar “cinta pertama” kita kepada lelaki (setelah kepada Rasulullah dan kepada Ayah kita tentunya).

Dan juga.. iya kan kita duluan yang nikah. Lha kalau “ikhwan pujaan hati” kita yang ternyata menikah dengan akhwat sholihah lainnya..? Waduh, jadi patah hati kan jadinya. Sedih. SO, dijaga ya hatinya, Sholihah..


Tapi…. Trus gimana ni kalau sudah terlanjur tumbuh benih benih cinta itu? TENANG, masih belum terlambat membenahinya.
1. Sadari bahwa itu tidak boleh. Tiap rasa itu hadir, segera bilang, “ini tidak boleh”
2. Minimalkan interaksi apapun yang berhubungan dengan ybs, misalnya unfollow IG (atau kalau takut ketara, bisa lah kita mute aja feed/storynya, bisa kan..), trus kalau misal harus ketemu di 1 event, ya ketemu pas emang butuh aja. Usahakan diperhatikan betul waktunya, jangan lama-lama, jangan berlarut-larut. Kalaupun harus dalam waktu lama, jaga jarak lah. Jangan tergoda ikut2 nimbrung komen. Tapi koq gitu banget ya? Malah keliatan donk..Ya itu kan cuma usaha kita mengurangi interaksi. Khawatir kalau jadi “biasa saja” malah beneran terbiasa untuk saling bercengkrama ga penting.
3. Sibukkan diri dengan aktivitas positif. Ada banyak : belajar, kerja, kuliah, aktivitas sosial, menulis, dll
4. Bersihkan hati dengan memperbanyak baca quran, dll
5. Minta pada Allah agar allah jaga hati kita. Sehebat apapun diri kita menjaga hati, kalau bukan karena pertolongan Allah, terjebak juga kita! Yakin deh. Makanya, selain ikhtiar2 tadi, ya minta tolong sama Allah. Agar Allah jaga kita.

Banyak koq, teman2 saya, adek2 kelas saya, yang bahkan sampai lulus kuliah tu ga pernah terkena virus merah jambu. Hm. Dari yang dia dapat organisasi yang memang ga terlalu intens berhubungan dg ikhwan, di kelas juga dia tidak harus kerja kelompok dg ikhwan, di kerjaan dia bisa mengerjakan semuanya hanya dengan bersama akhwat. Intinya Allah menjaga hatinya, dengan menjaga interaksi dia dengan ikhwan; ga dikasih sering2 gitu. Kalaupun harus ketemu dg ikhwan dalam intensitas yang lebih sering, eh Allah temuinnya sama yang sudah bapak-bapak. Hehe. Atau orang yang sudah di luar kriteria dia banget. Jadi aman.

6. Perbaiki adab kepada lawan jenis, apa saja itu?

Adab bergaul dengan lawan jenis, sebagaimana dinasehatkan Ust Nuzul Dzikri dalam salah satu tausyahnya :
- Tidak boleh berkhalwat, berdua-duaan
- Tidak boleh ikhtilath (campur baur laki-laki perempuan, sampai senggol-senggolan. Kalau misal di ruangan, tapi jelas ada batasnya, tidak apa apa , meskipun tidak menggunakan hijab)
- Tidak boleh curhat-curhatan dengan lawan jenis
- Jangan jadikan dakwah/amar maruf nahi munkar sebagai modus; misal chat akhwat malam-malam untuk mengingatkan qiyamul lail.
Gitu, deh, teman-temanku, adek-adekku… :)

Oh iya, Saya jadi ingat syair bunyinya gini, “Tuhanku berikanku cinta yang Kau titipkan. Bukan cinta yang pernah ku tanam”. karena cinta yang beroleh ridho Allah, dijemput denga penjagaan diri, dan dilandasi dengan cinta pada Rabb yang Maha Menyayangi itulah yang akan membuat kita selamat dan bahagia dunia akhirat.  

Hm.. jangan pernah takut meninggalkan sesuatu karena Allah, karena Allah pasti mengganti dengan yang lebih baik. Jangan khawatir nantinya gak dapat jodoh hanya karena kita menjaga hati, diri dan kehormatan kita sebagai wanita; karena pasti kelak Allah akan berikan jodoh seorang lelaki yang telah sama-sama menjaga kesucian dirinya sepanjang masa penantian. 

11 Juni 2020
Adhwa F. Annada

Comments

Popular posts from this blog

Terlalu Banyak Alasan #Day1

Biasakan Hal ini, Masalah Akan SELESAI!

Alasan Tidak Bahagia