Persiapkan Ini Menjelang Pernikahan!

Iya, saya memang sudah menikah. Ada banyak hal yang dulu saya luput persiapkan, banyak hal yang harusnya saya perhatikan tapi koq kelewat, dsb. Makanya, saya ingin sharing beberapa hal yang saya dapatkan dari pengalaman saya sendiri, juga tentunya yang terpenting adalah nasehat para ustadz, ustadzah, dan dari buku-buku yang membahas pernikahan, terkait apa sih yang harus dipersiapkan jika sebulan, dua bulan, tiga bulan lagi akad nikah, dan masuk ke babak baru kehidupan. Langsung aja ya.. 


Persiapkan MENTAL

Pertama : kita harus mempersiapkan mental dulu ini. Ustadzah Cut Rafiqa, seorang Konselor pernikahan keluarga muslim sekaligus praktisi dan pengajar parenting, menyampaikan dalam sebuah Webinar tentang Wanita yang saya ikuti beberapa lama terakhir ini, bahwa pernikahan itu seperti ibadah yang panjang perjalanannya. Kita seperti sedang berlayar di sebuah kapal, di lautan lepas. Kita harus mempersiapkan diri dengan berbagai kondisi yang akan dihadapi di lautan lepas nanti. 

Awalnya mungkin kita hanya bertemu dengan gelombang yang masih tenang. Ya, ini bisa jadi di masa awal usai akad nikah. Masa bulan madu lah, kalau orang bilang. Lalu, setelah itu, kita bisa saja nanti ketemu gelombang dengan intensitas berbeda, kecil, sampai gelombang besar bahkan badai yang bisa sangat mengancam kelanjutan perjalanan kapal itu. Kita tentunya tidak bisa memprediksi dengan tepat, gelombang apa yang akan kita temui, kondisi cuaca seperti apa yang akan kita hadapi nanti. Makanya, kita perlu mempersiapkan diri kita, mental kita; bahwa “masuk ke biduk rumah tangga, itu berarti saya harus siap dengan berbagai naik turunnya gelombang-gelombang itu! Bismillah…”. 

Kita harus menanamkan dalam benak tentang ekspektasi diri paska pernikahan; bahwa kehidupan pernikahan tidak akan mungkin berjalan selalu mulus, selalu tenang, selalu bahagia. Pasti akan ada nangis-nangisnya, marah-marahnya, kesel-keselnya, up-down nya. Semuanya akan berganti-ganti setiap harinya. Dengan begitu, kita tidak kaget. Ya.. Bahaya kalau ekspektasi kita tentang pernikahan itu hanya "berbunga-bunga", ada yang nganterin kalau ke mana-mana, ada yang jagain gak lagi sendirian di rumah, ada yang ngajak jalan bareng makan di luar, ada yang ngasih bunga atau hadiah romantis2an, dsb. Tidak hanya itu. Ya, jadi harus kita persiapkan.  

Persiapkan Ilmu

Bagaimana mental kita bisa kuat tatkala menghadapi ujian nantinya? Jawabannya ada pada ILMU. Tentunya, kita harus makin semangat belajar. Apalagi yang sudah tinggal sebentar lagi menikah. Ayuk, buku apa yang prioritas kita selesaikan menjelang hari H ni. Misalnya fiqih pernikahan, fiqih berumah tangga, sesuatu yang kiranya akan langsung kita praktikkan paska akad itu, juga tentang bagaimana kita bersikap pada suami, bagaimana kita taat pada suami, psikologi suami istri, dll. Ini hal-hal yang harus kita kuatkan terus. 

Ilmu inilah yang akan membuat kita siap menghadapi badai di rumah tangga. Gimana seorang nahkoda kapal bisa lebih tenang ketika berhadapan dengan gelombang, daripada penumpangnya yang akan lebih gelisah dan berkeringat dingin. Ya, jawabnya karena nahkoda itu setidaknya lebih bisa mengambil langkah untuk keluar dari gelombang, misalnya dengan mengatur kecepatan, menurunkan jangkar misalnya, mengatur arah kapal, dsb. Ini adalah apa? Ya, ilmu kan. Coba kalau nahkodanya tidak punya ilmu : maka dia akan kebingungan, panik sendiri. Gelombang kecil pun tidak bisa dia atasi. Ini, mengapa kita penting untuk “mendoktrin” diri kita untuk “ayo belajar, baca, kajian, belajar, baca, kajian”. HIlangkan malas untuk belajar, membaca ya.. karena ilmu-ilmu itu yang akan membuat kita lebih siap dengan ujian di masa setelah menikah.


Ust Khalid Basalamah, mengumpamakan pentingnya ilmu ini ketika kita sedang memilih perusahaan/tempat kita melamar pekerjaan. Tentunya kita sudah tau apa yang nanti kita kerjakan di sana, gajinya berapa, lokasi kerja di mana, bajunya apa, kerjanya sampai jam berapa, kerjanya hari apa saja, teman-temannya kayak gimana, kesempatan berkembang karirnya seperti apa, dsb. Itu kita pastinya  akan telusuri dulu sebelum kita memutuskan akan melamar di suatu perusahaan/pekerjaan tertentu kan. Untuk apa? Supaya ketika kita nanti masuk ke sana, kita bisa lebih lapang hatinya. Misalnya, kita sudah tau nanti pas kerja bakal ditempatkan di seluruh pelosok Indonesia, maka ketika pada akhirnya kita ditempatkan di pucuk gunung, di Indonesia, ya kita sudah menyiapkan hati. Karena dari awal kita sudah tau hal ini. Dengan ilmu juga kita akan mudah mengantisipasi banyak hal, yang mungkin terjadi di rumah tangga, lalu mencari saran/solusi dengan lebih baik, karena kita punya ilmunya. Misalnya ilmu bagaimana cueknya seorang suami, maka kita sebagai istri tentu akan lebih lapang kalau dicuekin, dengan tidak terlalu ambil pusing hal tersebut. gitu.. 

Jangan Pernah Berhenti Belajar, UJIAN Baru saja DIMULAI!

Namun demikian, sekalipun kita sudah melahap ratusan buku, mengikuti puluhan seminar pra nikah, parenting, dan sebagainya; bukan berarti itu cukup ya.. Karena ujian sebenarnya adalah bagaimana aplikasi ilmu-ilmu itu setelah kita benar-benar berhadapan dengan suami, anak-anak, keluarga, dan biduk rumah tangga kita. Maka, upgrade ilmu harus terus dilakukan. Kita TIDAK boleh berhenti belajar. Jangan hanya belajar hak kewajiban suami istri ketika dulu pas seminar pra nikah.

Oh iya, terkait ilmu ini, Nanti pas sudah berumah tangga, kita meskipun udah punya ilmu, kita harus kuatkan mental ya.. kalau kita sudah panik, tidak punya mental kuat (seperti di poin pertama tadi), maka ilmu yang kita pelajari akan hilang tak bersisa. Hehe.. Seperti pada waktu kita belajar untuk Ujian Masuk perguruan tinggi. Kita sudah persiapkan semuanya, belajar dari berbagai buku latihan. Tapi, pas memasuki tempat ujian, kita jatuh mentalnya karena melihat yang di tempat ujian adalah para juara olimpiade tingkat nasional bahkan internasional, atau kita jatuh mentalnya karena tiba-tiba yakin gagal beberapa saat membuka soal di hadapan. Hilang semua yang kita pelajari. Maka kembali ke poin pertama : kita harus siap bahwa pernikahan itu bukanlah perjalanan tanpa konflik. Bukan indah-indah aja, bukan lurus-lurus aja. Ya, jadi, kita harus tau itu.

SIAP Menerima Kekurangan Suami

Termasuk poin berikutnya adalah kita harus siap menerim a”konflik” yang terjadi karena mulai terbukalah satu per satu kekurangan suami, hehe.. Mungkin di awal dulu kita menganggap calon kita sempurna, wah, ini bahaya. Khawatir kita jadi kaget, dan menyesali pernikahan kita karena mengetahui celah kurangnya suami. Makanya, kita harus siap menerima kekurangan suami kita. Sebagaimana kita yang punya kekurangan, kita harus siap bahwa suami kita pun juga punya, disamping kelebihan-kelebihannya yang bisa jadi lebih banyak kita lihat sebelum “mengenalnya” di dalam biduk rumah tangga.

Nah, ketika kita sudah siap mental bahwa “Oh iya, suamiku nanti pasti ada kekurangan”, maka kita akan siap untuk bekerja sama dengannya, saling memperbaiki diri. Jangan egois. Meminta suami kita memperbaiki dirinya, tapi kita tidak juga mau beranjak evaluasi dan memperbaiki kekurangan kita. Begitu.

Minta DOA Restu Orang Tua, Ridho Allah Ada Pada Ridho Mereka

Persiapan berikutnya adalah minta doa restu orang tua. Mengapa penting? Ya, karena orang tua kita punya doa yang mustajab. Pastikan orang tua kita ridho penuh dengan keputusan kita menikah, dan atas calon pasangan yang akan kita menjadi imam kita kelak. Kalaupun masih ada hal mengganjal, misal terkait karakter pasangan, pekerjaan, dll, upayakan kita jalin komunikasi yang baik dengan orang tua kita; sehingga mereka pun yakin, dan ridho dengan pilihan kita. Dengan mendapat ridho orang tua, maka tentunya kita akan berpeluang meraih ridho Allah, bukan begitu?

Perbaiki Taqwa, Jalan Dilapangkan

Selanjutnya adalah perbaiki taqwa kita. Ini point penting sih. Pastikan kita menguatkan ketaatan kita kepada Allah, perbanyak amalan ibadah kita, supaya makin menguatkan ruhiyah kita, keyakinan kita pada Allah, iman kita. Karena inilah yang akan jadi penguat mental kita, menghadapi biduk rumah tangga. Allah akan menjaga diri kita, jika kita menjaga ketaqwaan dan ketaatan kita pada syariat Allah. Allah akan memberikan kita jalan keluar, jika kita memperbaiki taqwa kita. Allah akan memberikan jalan rezeki dari arah tak terduga, asalkan kita terus taat pada Allah. Bukankah kunci semua itu adalah taqwa. Maka, menjelang hari yang besar itu, menjelang masuknya kita ke petualangan dan perjuangan panjang kita dalam pernikahan itu nanti, kita harus memastikan diri kita selalu berada dalam koridor taqwa.

Jika Terperosok, Evaluasi Diri, Bertaubat dan Kembalilah!

Nah, jika di perjalanan koq ada hal-hal yang tidak mengenakkan, membuat kita sulit, dan sebagainya; evaluasilah diri kita. Karena bisa jadi kesulitan yang kita alami itu adalah efek dosa/kesalahan kita di masa lalu. Bertaubatlah, kembalilah pada Allah. Genjot lagi ibadahnya. Dekati lagi sang pemilik hati yaitu Allha Swt. Ya.

Jagalah HATI, Dia Masih ORANG LAIN Bagimu

Oh iya satu lagi, sepanjang perjalanan menuju akad akan banyak ujian. Banyak godaan. Terutama terkait dengan hati. Karena kita sudah “diikat” oleh seseorang yang nantinya akan jadi imam kita, itu kalau saya sih rasanya ujian hati lebih besar. Yang harusnya belum boleh banyak interaksi, belum boleh tumbuh perasaan-perasaan berlebih; maka bisa jadi di masa itu akan tergoda melakukan banyak interaksi yang tidak perlu. Perlu dijaga lagi. Kalau merasa kebablasan, ya dibalikkan lagi ke jalurnya. Karena ya meskipun kita sudah dikhitbah, tapi dia belum siapa-siapa bagi kita. Dia masih benar-benar orang lain. Maka ya perlakuannya sama : tidak boleh khalwat, tidak boleh sentuhan, tidak boleh ngoborol bebas jika tidak dibutuhkan, dsb.

Ini selain karena melanggar syariat ya, untuk menjaga hati kita sih. Meskipun sudah ditetapkan tanggal pernikahan, sudah pesan catering segala macam; tapi, masih mungkin terjadi banyak hal menjelang pernikahan. Kita tidak bisa menjamin akad bisa terlaksana dengan lancar, bahkan banyak terjadi akad harus batal padahal persiapan sudah hampir 100 persen. Alasannya : bisa jadi calon kita menemukan “sesuatu” alasan syari (maupun tidak syari ya..bisa saja sih ) yang membuat dia berubah pikiran 180 derajat, membatalkan pernikahan itu. Bisa saja. Maka, ketika kita sudah terlampau jauh “membawa perasaan” selama proses, terutama setelah khitbah, maka move on nya akan lebih berat. Begitu. Jadi tetap jaga hatinya ya.. Sebelum akad, dia masih orang lain. Gitu yaa….

Pastikan Pernikahanmu Tak Melanggar Syariat!


Oh iya, terkait dengan persiapan “acara”. Jika memungkinkan, kita pastikan tidak ada pelanggaran syariat di dalam acara. Misalnya mengupayakan tidak terjadi ikhtilat, tidak ada musik, mengundang tidak hanya orang kaya saja, tidak ada makanan yang mubadzir, menyediakan tempat duduk untuk hadiriin makan, jika memungkinkan dipisahkan antara mempelai/tamu wanita/pria nya. Termasuk juga terkait tradisi. Mana tradisi yang bisa kita terima, dan mana yang melanggar syariat yang perlu kita hindari. Maksudnya : sekiranya di dalam tradisi itu tidak ada pelanggaran syariat, maka tidak mengapa kita laksanakan, demi menjaga hubungan baik juga dengan tetangga, dengan keluarga besar. Ya kan. Tapi kalau sudah melanggar syariat, yang perlu kita lakukan adalah menghindari tradisi itu, plus menguatkan mental menerima komentar tidak mengenakkan dari orang lain. Hehe.. 

Teman-teman, terkait lebih rincinya masalah akad, walimah, ini banyak sudah dijelaskan oleh para ustadz ya.. Sebaiknya dipelajari benar-benar. Sehingga kita yakin bahwa acara agung bernama pernikahan itu benar-benar sesuai syariat. Mengapa penting? Karena keberkahan yang kita harapkan dari pernikahan kita. Dan bagaimana mungkin pernikahan kita beroleh banyak keberkahan, jika di dalamnya ada banyak kemaksiatan atau pelanggaran syariat.

Hm.. itu saja sih. Wah, panjang ya.. Teman-teman, saya sampaikan bahwa tulisan ini sekedar sharing aja ya.. Untuk ilmu tentang akad, walimah, pernikahan dengan banyak dalil shahih yang bisa dijabarkan itu silakan dipelajari kembali di berbagai kitab rujukan, buku , dan kajian dari para ulama. Semoga dengan begitu, teman-teman bisa mengupayakan yang terbaik

Sekian

Comments

Popular posts from this blog

Terlalu Banyak Alasan #Day1

Biasakan Hal ini, Masalah Akan SELESAI!

Alasan Tidak Bahagia