Bahagia dengan Berbagi? #2


Sudahkah kita memiliki kebiasaan berbagi, dalam kehidupan kita? Berbagi apa? Hehe.. Apa saja. Sekedar berbagi senyum pun, Islam memberikan pahala yang besar lho. Ingat tidak, sebuah hadits, Rasulullah menyuruh kita untuk menunjukkan wajah yang berseri, senyum, tatkala bertemu dengan saudara kita. Begitu pentingnya amalan yang rasanya "ringan" dan "remeh" ini ya. 

Apalagi, berbagi hal lain, misalnya bisa membantu meringankan beban orang, membantu membiayai kebutuhan sekolah anak yatim. Pemberian ini akan lebih utama jika ditujukan kepada sanak kerabat terdekat kita. Sebab itulah yang diperintahkan. Lingkaran terdekat harus kita perhatikan dulu. Jangan sampai kita sibuk ngurus "anak orang", eh anak sendiri tidak diurusin dengan baik. Padahal kita diperintahkan untuk menjaga diri dan keluarga kita (terlebih dulu) sebelum orang lain. 

Termasuk perbuatan berbagi yang bisa mendatangkan kebahagiaan dunia akhirat adalah infak yang kita keluarkan di jalan Allah. Wew.. Bayangkan saja, ketika 1000 rupiah saja kita sumbangkan untuk pembangunan sebuah masjid. Kemudian, masjid itu berhasil berdiri kokoh, lalu setiap 5 kali sehari digunakan untuk sholat 5 waktu dan orang mengaji. Betapa banyaknya pahala yang masuk ke rekening tabungan akhirat kita? Ini cuma 1000 rupiah lho.. Kalau 1 juta. 5 juta. 100 juta. dan semuanya diterima oleh Allah, masyaallah.. T.T bahagia dunia akhirat menjadi jaminan. 

Lho, koq di dunia bahagia, kan dapatnya pahala akhirat, bukan pengembalian di dunia?

Iya. Setiap yang berinfak pasti akan mendapat kebaikan yang banyak di dunia. Harta yang diperoleh sebagai rizki dari Allah akan bertambah keberkahannya. Harta berkah itu bukan jumlah, melainkan kemanfaatan harta itu. Bisa saja, kita hanya punya uang 5 juta, namun bisa digunakan untuk membiayai 5 anak kita kuliah sampai lulus. Di lain pihak, ada orang dengan gaji 100 juta per bulan, ternyata habis tak bersisa untuk clubbing, narkoba, dan berfoya-foya; lalu berakhir disita bank karena terjerat utang riba triliyunan. 

Bukan berarti kita seorang muslim tidak boleh kaya dan dilarang mendapat gaji 100 juta per bulan ya.. Wah, harus sih, kalau memang bisa. Tapi bukan untuk mengumpulkan kekayaan. Melainkan, untuk bisa memperbanyak lagi sedekah dan bantu orang banyak. 

Pernah dengar bahwa, sebaik-baik harta adalah yang dipegang orang beriman. Mengapa? Sebab, setiap rupiahnya akan dibelanjakan di jalan Allah. Betapa banyak muhsinin yang jor-joran membantu banyak kegiatan dakwah dan pembangunan pesantren, memelihara banyak fakir miskin dan anak telantar, bahkan memberikan pinjaman tanpa bunga kepada tetangga-tetangga yang kesulitan. Subhanallah. Bukankah yang demikian, sebaik-baik harta?

Lalu, kebahagiaan apa yang kita dapat selain itu? Kebahagiaan hati. Anak kecil saja bisa merasakan, tatkala mereka memberi temannya sebuah permen, dia akan langsung merasa senang. Ya, fitrahnya memang seperti itu bukan? Fitrah kebaikan. Maka, berbagi akan membuat kita bahagia. Bukan sebab dipuji atau diberi imbal balik kebaikan; tapi perasaan itu hadir begitu saja. Wallahu a'lam. 

Sudahkah punya "jatah" harta untuk dibagikan? Tidak perlu jauh-jauh, sekedar berbagi kue ke tetangga depan rumah, atau nasi bungkus ke pemulung yang lewat di jalanan. Sungguh, itu membahagiakan. 

Dan kelak, ketika kita melakukan semua itu lillahi ta'ala, pahala besar menanti kita di  yaumul hisab. Terlebih, jika harta yang kita infakkan dipergunakan di jalan Allah, dan terus dimanfaatkan untuk kebaikan, meski jasad kita sudah menyatu bersama tanah. 

#inspired by At Taubah 99

#quraniclesson

Comments

Popular posts from this blog

Terlalu Banyak Alasan #Day1

Biasakan Hal ini, Masalah Akan SELESAI!

Alasan Tidak Bahagia