Kebahagiaan Mana Yang Kamu Cari? #Day3




Kita seringkali mencari sumber kebahagiaan dari perkara yang mudah sekali lenyap setelahnya. Misalnya, kita membeli mobil, rumah, harta. Kita kerahkan seluruh kemampuan, daya upaya, guna mencari semua itu. Harapannya satu : agar nanti bahagia di hari tua.

Sementara, kita tidak pernah tau umur akan berakhir di angka berapa. Sementara, kita tau bahwa di kubur nanti hanya berbekal kain kafan pembungkus jasad. Sementara, kita tau, bahwa seluruh harta bisa saja Allah hancurkan dalam waktu sepersekian detik saja.

Kebahagiaan mana yang kamu cari? Apakah kamu ingin rumah mewah bertingkat, dengan hiasan berlapis perak dan emas di mana mana? Atau mobil mentereng, mulus tidak ada duanya. Atau perusahaan yang tersebar di seluruh negeri, bahkan merajai persaingan internasional?

Lalu menganggap : aku akan bahagia jika bisa meraih semua itu. 

Tidakkah cukup kita melihat banyak bukti bahwa semuanya itu bukanlah sumber kebahagiaan. Rasanya, tidak mungkin para pemiliki harta dan jabatan itu akan bunuh diri di puncak kejayaannya; jika dia merasakan bahagia di kehidupannya. Rasanya, tak mungkin kita menyaksikan mereka semalaman di club malam mabuk-mabukan minuman keras juga narkoba; dengan dalih mencari kebahagiaan. Lha, selama ini hartanya bukannya sudah banyak? Jabatan di mana mana? Mobil rumah entah berapa tidak terhitung. Masih juga mencari "kehidupan malam" dengan niat mencari bahagia. 

Bahkan miris ya, ketika ada sebagian orang, mati-matian bekerja hanya untuk bisa liburan dan mabuk-mabukan di club malam, atau menghisab narkoba yang harganya mahal. Yang pada akhirnya membuat kita berkesimpulan bahwa harta bukanlah sumber kebahagiaan. 

Lalu apa?

Harta, bukan. Jabatan, bukan. Popularitas, bukan juga. 

Sebab kebahagiaan adalah ketika hati ini dekat dengan tuhannya. Kebahagiaan hanya ketika diri ini larut dalam dzikir malam penuh penghambaan pada Rabbnya. Kebahagiaan itu ketika diri ini merasakan sepenuh harap hanya pada Ar Rozaq. Bukan pada manusia, bukan pada harta, bukan pada jabatan, apalagi pada obat-obatan terlarang. 

Kebahagiaan tidak akan pernah kita dapatkan dengan jalan kemaksiatan. Sebab maksiat akan menjauhkan kita dari Allah. Dan jauhnya kita dari Allah akan membuat hati kita sumpek, tidak tenang, tidak bahagia. 

Ingatlah Allah, maka hati akan tenang. Ketika hati tenang, rasanya hidup akan terasa sangat bahagia. Apapun kondisinya. Berharta atau tidak. Berpangkat atau tidak. Terkenal, atau tidak. Tidak menjadi masalah selama Allah senantiasa diingat dan diagungkan dalam hatinya. 

Tentunya, kebahagiaan seorang beriman akan mencapai puncaknya kelak : hadiah terbaik, surga. Iya, ketika surga menjadi tempat tinggal kita kelak. Itulah kebahagiaan sesungguhnya. 

Bukankah kita sudah pernah dengar, kisah seorang beriman yang menjadi orang paling terakhir masuk surga? Dia diizinkan masuk surga setelah mengalami penyiksaan yang teramat berat dan lama di neraka. Ketika dia pertama kali diizinkan masuk surga, dia bertanya, "Apakah masih ada tempat untukku?"


Maka, Allah memberikan untuk orang itu tempat seluas bumi, lalu diberikan beberapa bumi semisalnya lagi. 

Apakah ada artinya selama ini, harta kita di dunia, jika pada akhirnya bukan surga yang jadi tempat tinggal akhir kita kelak? Bukan cuma mendapat bumi seisinya, tapi BEBERAPA bumi. Dan ini diperoleh oleh orang yang paling terakhir; ibaratnya orang yang paling banyak dosanya. Maka, bagaimana dengan orang-orang yang mendapat nikmat surga sebelumnya?

Teringat lagi kisah yang menyebutkan, seorang yang paling bahagia hidupnya di dunia, punya segalanya, dan rasanya tidak ada orang di dunia yang memiliki apa yang dinikimatinya selama di dunia. Kemudian, dia diberi kesempatan merasakan 1 celupan api neraka. Apa yang dikatakan setelahnya, "Aku tidak pernah sama sekali merasakan kenikmatan apapun selama di dunia."

Sebaliknya, orang yang dianggap paling menderita di dunia, lalu diberi kesempatan merasakan 1 celupan saja, nikmat di surga, dia berkata, "Sungguh aku tidak pernah sama sekali merasakan penderitaan di dunia. "

Layakkah kita menukar kebahagiaan itu, hanya untuk dunia yang sangat tidak ada bandingannya ini? Teman, kawan, saudaraku, kebahagiaan mana yang kamu cari; jika bukan bahagia saat hati menghamba pada Allah, dan puncaknya kelak ketika diri kita Allah berikan rahmatNya dan dimasukkan ke dalam surga nya selamanya.

#quraniclesson

#inspired by At Taubah 100

Comments

Popular posts from this blog

Terlalu Banyak Alasan #Day1

Biasakan Hal ini, Masalah Akan SELESAI!

Alasan Tidak Bahagia